Sejarah Kopi Toraja yang Menjadi Legenda

biji kopi toraja
Kopi Toraja merupakan salah satu kopi dari Indonesia yang populer hingga ke manca negara. Selain rasanya yang nikmat dan khas, Kopi Toraja memiliki sejarah yang menarik untuk diceritakan.

Kopi Toraja juga dikenal dengan nama Kopi Celebes. Nama ini konon berasal dari kesalahpahaman Bangsa Portugis saat pertama kali tiba di Toraja pada abad ke-16. Saat itu orang Portugis bertanya kepada warga lokal mengenai nama daerah tersebut. Warga lokal, yang tidak mengerti Bahasa Portugis, mengira mereka bertanya benda apa yang sedang mereka bawa saat itu. Kemudian warga lokal menjawab ‘Sele Bessi’ yang merupakan senjata tradisional. Bangsa Portugis mengira bahwa itu adalah nama daerah tersebut maka mereka menyebutnya Celebes.

Toraja konon merupakan lokasi pertama menanam kopi di Indonesia. Dengan kondisi wilayah yang terdiri dari pegunungan dengan ketinggian 700-2.100 mdpl, Kopi Toraja dengan jenis Arabika biasa ditanam di ketinggian 1.000-2.000 mdpl. Kopi tersebut diperkenalkan oleh orang Gowa, dibuktikan dengan adanya catatan harian Kerajaan Gowa pada abad ke-16 mengenai pelayaran orang-orang Gowa ke Toraja dengan membawa kopi. Orang Gowa sendiri mendapatkan kopi dari pedagang-pedagang Arab. Pendapat lain menyebutkan bahwa kopinya didapat dari pedagang Gujarat.

Sebelumnya Kopi Toraja dinamakan Kopi Bungin yang merupakan nama pelabuhan perdagangan di daerah Sidenreng. Setelah itu nama yang dikenal adalah Kopi Kalosi yang berasal dari nama pasar kopi Kalosi yang terkenal di daerah Enrekang. Kopi di pasar Kalosi berasal dari daerah Toraja dan Enrekang. Perdagangan Kopi Toraja di abad ke-17 menjadi faktor utama yang menyelamatkan perekonomian Sulawesi Selatan yang kemudian menarik perhatian pedagang dari kerajaan Luwu, Bone, Sidenreng, dan Sawitto.

Kopi Toraja kemudian menjadi semakin populer yang menyebabkan terjadinya perang monopoli perdagangan Kopi Toraja di pertengahan abad ke-18 yang kemudian dinamakan perang kopi. Perang ini dimulai dengan masuknya pedagang dari Luwu dan Bone ke Toraja untuk mencari kopi. Pedagang dari Luwu ingin memonopoli perdagangan kopi di Toraja. Raja Makale Lasokbaik yang mengatasnamakan raja di Tallulembangna Toraja kemudian meminta bantuan Kerajaan Sidenreng dan Enrekang untuk menhentikan monopoli tersebut. Perang terjadi pada tahun 1887-1888 dan disebut Perang Kopi I.

Setelah sempat berhenti, pedagang kemudian Kembali masuk ke Toraja dibantu oleh Kerajaan Bone dipimpin Lamaddukelleng. Raja-raja Tallulembangna Toraja kembali meminta bantuan Kerajaan Sidenreng dan Enrekang. Raja Enrekang, La Tanro Arung Buttu, akhirnya menemui pasukan Kerajaan Bone dan mengeluarkan maklumat bahwa Bone tidak boleh membawa kopi melewati Bambapuang di Enrekang, Wajo, Sidenreng, ataupun Luwu. Mereka hanya diperbolehkan membawa kopi melewati Pinrang. Maklumat ini disepakati dan dipatuhi oleh semua pihak. Perang Kopi II resmi berakhir di tahun 1890.

Kopi terus berkembang di daerah Toraja dan Enrekang, Pada tahun 1900-an, wabah karat daun menyerang tanaman kopi Arabika yang sebagian besar varietas typika dan merusak hampir semua tanaman kopi Arabika kedua wilayah tersebut. Belanda kemudian memasukkan kopi Robusta yang ditanam di ketinggian kurang dari 1.000 mdpl. Kopi ini kemudian tumbuh dengan baik dan dibudidayakan lebih lanjut karena karakteristiknya yang tahan hama dan mudah dipelihara. Di tahun 1950-an, kopi Arabika kembali ditanam dengan berbagai varietas seperti Lini S, Kartika, USDA, dan Cattimor.

Kondisi perkebunan kopi di Toraja juga sempat mengalami penurunan pasca kemerdekaan di era pemberontakan DI/TII pada tahun 1953-1965. Hal itu disebabkan oleh penutupan, perusakan, atau penghadangan jalan yang menjadi akses untuk aktivitas perdagangan kopi. Sebagai akibatnya kondisi perdagangan kopi menjadi terhambat dan menurun. Setelah peristiwa ini, aktivitas untuk mengembalikan perkebunan kopi secara bertahap kembali dilakukan.

Demikian kisah sejarah Kopi Toraja yang melegenda. Kini pertumbuhan Kopi Toraja sudah semakin baik. Bahkan Kopi Toraja menjadi salah satu komoditas ekspor paling dicari sehingga harganya cukup bersaing. Untuk mendapatkan Kopi Toraja berkualitas, Anda dapat mencoba kopi dari perkebunan kopi Sulotco di lereng Pegunungan Rantekarua di Bolokan. Anda dapat membelinya secara offline maupun online di toko resmi Sulotco Jaya Abadi.

Bagikan ke :

Cita Rasa Kopi Toraja

Related Articles